Rabu, 03 Desember 2008

Krisis Finansial Global terhadap Pariwisata

Pendahuluan

Bila melihat dari sejarah perjalanan manusia, titik tolak awal pariwisata dimulai dari perjalanan untuk tujuan perdagangan bangsa Sumeria di Babylonia (4000 SM). Kemudian orang yang menjadi traveller pertama ialah Marcopolo yang telah menjelajahi jalan raya dari benua Eropa ke Tiongkok dan kembali ke Venesia (1254-1374). Lalu pada abad 14, 14 Juni 1324, Ibnu Batuta melakukan perjalanan dari Afrika Utara menuju Mekkah dan Madinah. The First Traveller of Islam. Berjalan kaki 79.000 mil (7 tahun).
Seiring berjalannya waktu, perjalanan yang dilakukan oleh manusia memiliki banyak arti. Manusia melakukan perjalanan untuk tujuan ekonomi, politik, sosial, kebudayaan, agama, dan kesehatan, menambah pengetahuan dan pengalaman hingga hanya sekedar ingin tahu. Dari hal inilah isitilah pariwisata muncul. Pengertian kata pariwisata itu sendiri merupakan suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya.
Untuk sebuah negara, pariwisata menjadi sebuah sektor industri yang mampu meningkatkan perekonomian. Keterpurukan pariwisata Indonesia selama beberapa tahun belakangan ini akibat bencana alam, isu keamanan, dan flu burung mengurangi pertumbuhan ekonomi. Untuk mengatasi keterpurukan ini perlu adanya kerjasama dan komitmen pemerintah, komponen pariwisata, dan masyarakat untuk memulihkan kondisi pariwisata kearah yang lebih baik.
Pada tahun 2001 Indonesia memperkenalkan branding pariwisata Just a smile away yang membuahkan hasil dengan dengan pencapaian wisatawan mancanegara (wisman) 5,153 juta dan tahun 2002 sebesar 5 juta (dikala negara lain mengalami penurunan kedatangan wisman akibat tragedy WTC – New York). Namun sayangnya branding yang begitu dikenal seperti Malaysia Truly Asia mengalami penggantian tanpa alasan yang jelas. Di CNN dapat kita saksikan branding digantikan Indonesia, the colour of life tahun 2004. Pada hal belum sampai setahun sebelumnya tahun 2003 Mantan Presiden Megawati menyampaikan sub thema Indonesia, endless beauty of diversity, dalam tayangan iklan di CNN dan CNBC. Bahkan tahun 2004 juga telah diluncurkan new branding: Indonesia, ultimate of diversity. Hal ini membuktikan kacaunya manajemen pariwisata Indonesia. Pemerintah Indonesia tidak memiliki komitmen akan kebijakan yang dibuat sehingga membingungkan praktisi bisnis pariwisata.
Untuk meningkatkan pariwisata Indonesia, para praktisi bisnis wisata perlu menawarkan sejumlah paket wisata bagi para wisman. Namun seiring terjadinya tragedi Bom Bali tahun 2002 dan tragedi hotel Marriot tahun 2003 menjadikan kondisi pariwisata makin sulit untuk dipulihkan. Hal ini pun diperparah oleh menurunnya kekompakan dan kebersamaan praktisi bisnis wisata.
Bila dilihat dari daya tarik dan kekuatan pariwisata secara materil, Indonesia memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Indonesia kaya akan peninggalan budaya, seperti Bali, Jawa dan Toraja. Memang bila dibandingkan dengan budaya yang dimiliki oleh Yunani, Mesir, Roma, kemampuan budaya serta kualitas Indonesia masih tertinggal. Hal ini diperparah akan kurang adanya kesadaran dari masyarakat Indonesia sendiri dalam menjaga dan melestarikan budaya serta kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Sebagai contoh kurang disiplinnya masyarakat Indonesia dalam menjaga kebersihan. Hal tersebut dapat dilihat dari daerah wisatanya. Banyaknya sampah bertebaran, walaupun sudah dikumpulkan namun tempat pembuangan sampahnya tidak tepat dan menyengat hidung bagi yang lewat sekitar sana.
Pada tahun 2008 ini, menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan kondisi pariwisata Indonesia telah pulih kembali. Hal itu dibuktikan kunjungan wisatawan ke Pantai Kuta dan kamar hotel-hotel dipenuhi para wisatawan saat lebaran. Meningkatnya jumlah wisatawan tahun 2008 ini diperkirakan mencapai 7 juta orang. Namun pada tahun 2008 ini terjadi krisis global keuangan yang diperkirakan akan memberikan dampak yang cukup besar pada sektor pariwisata.
Makalah ini berusaha mengulas dampak pengaruh akan krisis global akan sektor pariwisata Indonesia yang disebabkan oleh krisis finansial yang terjadi pada negara Amerika Serikat yang kemudian juga berdampak pada negara-negara lain yang melakukan investasi pada Amerika Serikat.



Analisis Dampak Krisis Finansial Global terhadap Industri Sektor Pariwisata

Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari Amerika tidak terpengaruh atas krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Tidak ada pengaruh besar ini ke Indonesia karena memang Amerika bukan pasar utama, bahkan bukan 10 besar pasar wisata utama Indonesia. Pernyataan ini berdasarkan data yang ada pada Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia.
Dari data tingkat kunjungan wisman Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan Depbudpar, tingkat kunjungan wisman Amerika ke Indonesia berkisar kurang dari 200.000 wisman yaitu hanya 130.963 wisman atau hanya 3,79 persen dari total jumlah wisman (2006), 157.938 wisman atau hanya 4,79 persen (2005), 153.268 orang (2004), 130.276 wisman (2003). Jadi bila dievaluasi pengukuran resiko di atas berdasarkan probabilitas maka penurunan jumlah wisman asal Amerika Serikat tidak memberikan dampak yang signifikan bagi pariwisata Indonesia, tidak menjadi perhatian utama dalam skala prioritas.
Akan tetapi krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat yang mengglobal ini mungkin dapat mempengaruhi tingkat wisman dari negara-negara lain ke Indonesia, yang bahkan menjadi pasar wisata utama Indonesia. Negara pasar wisata utama Indonesia berasal dari negara-negara Australia, Eropa, Jepang, Korea, Taiwan, dan Hongkong. Negara-negara ini yang paling terkena dampak krisis keuangan Amerika Serikat. Para wisman dari negara ini mungkin akan menunda atau bahkan membatalkan rencana perjalanan mereka berdasarkan skala prioritas, lebih mementingkan biaya-biaya utama. Akan tetapi, biasanya para wisman dalam melakukan perencanaan wisata biasanya dilakukan setahun sebelum wisata dilakukan, secara individual maupun rombongan sehingga tidak semudah itu membatalkan rencana wisatanya. Bagi para praktisi bisnis wisata, kunjungan wisman untuk berlibur pada musim dingin tahun ini adalah transaksi jadi yang tidak mungkin dibatalkan hanya karena krisis keuangan. Menurut pengalaman di masa lalu, pembatalan di menit-menit terakhir bisa saja terjadi untuk hal-hal tertentu yang menyangkut keselamatan jiwa wisman, seperti halnya kasus wabah kolera, wabah SAR, Bom Bali 1 dan 2 pada tahun 2002 dan 2005, atau kasus-kasus kerusuhan lainnya. Maka bila Indonesia melakukan pengukuran resiko melalui probabilitas, Indonesia perlu memberikan perhatian secara terfokus akan permasalahan yang telah diidentifikasi.
Badan PBB untuk pariwisata (UN-WTO/United Nations World Tourism Organization) memperkirakan pertumbuhan pariwisata global akan menurun . “Karena krisis keuangan global diperkirakan akan berlanjut sampai 2009, UN-WTO memperkirakan persentase laju pertumbuhan kunjungan pariwisata global akan berada di kisaran 0 – 2 persen,” kata Staf Ahli Menbudpar (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata) Thamrin B Bachri melalui pesan singkat dari China.



Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penulisan makalah ini bahwa dampak yang ditimbulkan oleh krisis global terhadap sektor pariwisata belum terlalu besar. Mungkin dampak krisis global dapat dirasakan secara signifikan bila dialami dalam jangka panjang.
Saran
Saran untuk menghadapi permasalahan yang ada untuk pasar wisata Indonesia tidak mesti monoton pada satu negara saja. Perlu adanya diversifikasi untuk menghadapi resiko dari krisis global dengan mengkombinasikan pasar di luar Amerika Serikat dan Eropa, yang jauh lebih potensial warganya melakukan wisata. Sebagai contoh negara-negara Timur Tengah yang sedang diuntungkan penjualan minyak dengan harga yang cukup tinggi.
Begitu juga negara wisman Rusia yang sudah mulai melirik Bali untuk tujuan wisatanya. “Bahkan akhir tahun 2008 wisman asal Rusia akan mengunjungi Bali dengan penerbangan ‘carter’,” kata Direktur Promosi Luar Negeri Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Prof Dr I Gede pitana. Sebab negara Rusia tidak mengenal krisis, artinya peluang bagi Bali sangat terbuka untuk meningkatkan penghasilan warga maupun para praktisi bisnis pariwisata dari kunjungan wisman Rusia.
Para praktisi bisnis wisata perlu sering mengadakan sejumlah festival budaya di Indonesia, seperti yang diadakan di Bali Kuta Karnival, tetapi tidak mesti sama dengan ‘event’ yang digelar di Sanur, Nusa Dua, Ubud, dan sebagainya untuk menarik wisman sebagai target pasar. Festival yang diadakan harus penuh dengan kreatifivitas dan inovasi baru, namun tidak menghilangkan ciri khas yang yang menjadi ikon kegiatan. Ini merupakan sebuah bentuk pendanaan resiko yang dilakukan oleh praktisi bisnis wisata dalam menghadapi krisis global
Perlu adanya penggarapan terhadap wisatawan lokal. Bila dilihat dari jumalah penduduk, Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke-10 di dunia. Ini merupakan sebuah potensi bagi sektor pariwisata untuk meningkatkan perekonomian. Bila sektor pariwisata ditata dengan baik, maka wisatawan lokal tidak perlu melakukan perjalanan ke luar neger, mereka akan belajar untuk mencintai negerinya sendiri. Hal ini juga merupakan bentuk diversifikasi dalam menghadapi resiko yang diterima dari krisis global
Kemudian mungkin pemerintah Indonesia perlu memperkenalkan branding pariwisata bagi wisatawan lokal Visit Our Own Country sebagai strategi manajemen bagi wisatawan lokal.




Novotel Balikpapan
Novotel adalah merek jaringan hotel yang dimiliki oleh grup perhotelan Perancia, Accor. Hotel ini paling banyak terdapat di Perancis, namun juga banyak ditemukan di seluruh dunia. Hotel-hotel Novotel ditujukan bagi para pengusaha/pebisnis dan pada umumnya merupakan hotel bintang tiga atau empat.
Profil :
1.Nama Perusahaan : Novotel Balikpapan
2.Alamat : Jl. Brigjend. Ery Suparjan No. 2 Balikpapan
3.No. Tlp : 0542-820820
4.Website : NovotelBalikpapan.com
5.GM : Vincent Wybier
6.Jumlah kamar : 198

Ada 7 tipe kamar :
1.Superior : Rp 987.200,00
2.Deluxe : Rp 1.082.200,00
3.Deluxe Suite : Rp 1.212.200,00
4.Junior Suite : Rp 1.352.200,00
5.Business Suite : Rp 1.502.200,00
6.Executive One Bad : Rp 1.702.200,00
7.Executive Two Bad : Rp 2.681.000,00

Fasilitas yang disediakan oleh pihak Novotel Balikpapan :
1.Martha Tilaar
2.Swimming Pool
3.Color Restaurant
4.Biz Lounge
5.Fitness Center
6.O2 Lounge
7.Meeting Room
8.Borneo Ballroom

Berdasarkan hasil wawancara dengan Back Office Novotel Balikpapan bernama Anastasia Herlina Wungkar mengenai pengaruh Krisis Global, ia mengatakan “Sejumlah perusahaan asing yang biasa menginapkan karyawannya mulai melakukan penghematan dengan membatasi jumlah karyawan berdasarkan jabatan. Karyawan yang dapat menginap pada Novotel Balikpapan harus memiliki posisi Supervisor ke atas.”
Untuk mengatasi permasalahan ini, pihak Novotel Balikpapan menawarkan Promosi Season Gate Away. Promosi ini menurunkan rate kamar pada hari-hari tertentu. Promosi ini juga memiliki tujuan khusus agar dapat menarik wisatawan lokal. Berdasarkan hasil wawancara dengan Back Office Novotel Balikpapan, ia mengatakan “Promosi yang dijalankan ini sangatlah efektif dalam menghadapi pengaruh dari krisis global.”



Daftar Pustaka
Hanafi, Mamduh M., Manajemen Resiko, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2006.
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/11/18/09404749/krisis.global.juga.hantam.industri.pariwisata.dunia
http://www.antara.co.id/arc/2008/10/20/krisis-ekonomi-global-pengaruhi-pariwisata-bali
http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MzcyODA=
http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MzY3MTI=
http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NDE4NDg=

Tidak ada komentar: